Showing posts with label merenung sejenak. Show all posts
Showing posts with label merenung sejenak. Show all posts

Friday, January 18, 2013

PASPORT

Setiap saat mulai perkuliahan, saya selalu bertanya kepada mahasiswa berapa orang yang sudah memiliki pasport.  Tidak mengherankan, ternyata hanya sekitar 5% yang mengangkat tangan. Ketika ditanya berapa yang sudah pernah naik pesawat, jawabannya melonjak tajam. Hampir 90% mahasiswa saya sudah pernah melihat awan dari atas. Ini berarti mayoritas anak-anak kita hanyalah pelancong lokal.

Maka, berbeda dengan kebanyakan dosen yang memberi tugas kertas berupa PR dan paper, di kelas-kelas yang saya asuh saya memulainya dengan memberi tugas mengurus pasport.  Setiap mahasiswa  harus memiliki "surat ijin memasuki dunia global.". Tanpa pasport manusia akan kesepian, cupet, terkurung dalam kesempitan, menjadi pemimpin yang steril.  Dua minggu kemudian,  mahasiswa sudah bisa berbangga karena punya pasport.

Setelah itu mereka bertanya lagi, untuk apa pasport ini?. Saya katakan, pergilah keluar negeri yang tak berbahasa Melayu. Tidak boleh ke Malaysia, Singapura, Timor Leste atau Brunei Darussalam. Pergilah sejauh yang mampu dan bisa dijangkau. "Uang untuk beli tiketnya bagaimana, pak?" Saya katakan saya tidak tahu. Dalam hidup ini, setahu saya hanya orang bodohlah yang selalu memulai pertanyaan hidup, apalagi memulai misi kehidupan dan tujuannya dari uang. Dan begitu seorang pemula bertanya uangnya dari mana, maka ia akan terbelenggu oleh constraint.  Dan hampir pasti jawabannya hanyalah tidak ada uang, tidak bisa, dan tidak mungkin.

Baca Selengkapnya...

Thursday, January 17, 2013

Kisah Sebuah Cangkir

Sepasang kakek dan nenek pergi belanja di sebuah toko suvenir untuk mencari hadiah buat cucu mereka. Kemudian mata mereka tertuju kepada sebuah cangkir yang cantik. "Lihat cangkir itu," kata si nenek kepada suaminya. "Kau benar, inilah cangkir tercantik yang pernah aku lihat," ujar si kakek.

Saat mereka mendekati cangkir itu, tiba-tiba cangkir yang dimaksud berbicara "Terima kasih untuk perhatiannya, perlu diketahui bahwa aku dulunya tidak cantik. Sebelum menjadi cangkir yang dikagumi, aku hanyalah seonggok tanah liat yang tidak berguna. Namun suatu hari ada seorang pengrajin dengan tangan kotor melempar aku ke sebuah roda berputar. Kemudian ia mulai memutar-mutar aku hingga aku merasa pusing.

Baca Selengkapnya...

Monday, January 14, 2013

Hidup Adalah PIlihan

Cerita ini mungkin bisa memberi sedikit pencerahan bagi kita yang sedang "galau" dengan hidupnya. Alkisah ada 2 buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur. Bibit yang pertama berkata, "Aku ingin tumbuh besar. Aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku."

Dan bibit itu tumbuh, makin menjulang.

Baca Selengkapnya...

Thursday, November 08, 2012

Bersyukurlah !

Mengapa cobaan ini kau berikan kepada hamba-Mu ini ya Allah ?. Pertanyaan ini sering kali kita utarakan ketika Yang Maha Kuasa memberikan cobaan kepada kita. Sering kali dalam hidup ini kita merasa Tuhan tidak sayang kepada kita. Kita merasa Tuhan tidak berlaku adil kepada kita. Renungan ini mungkin bisa sedikit memberikan pencerahan kepada kita semua

Pertama : Kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki.

Katakanlah anda telah memiliki sebuah rumah, kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik. Tapi anda masih merasa kurang. Pikiran anda dipenuhi target dan keinginan.

Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil mewah, serta pekerjaan yg mendatangkan lebih banyak uang.

Kita ingin ini dan itu. Bila tak mendapatkannya kita terus memikirkannya. Tapi anehnya, walaupun sudah mendapatkannya, kita hanya menikmati kesenangan.

Baca Selengkapnya...

Inilah Rahasia Sukses Bos-bos Jepang !

Dahulu kala, orang Jepang sering dijuluki dengan “les marchands des transistors” (pedagang transistor) oleh De Gaulle. Tapi sekarang lain lagi ceritanya, “seloroh” itu tidak berlaku lagi karena kini mereka bukan hanya juara dunia dalam teknologi hi-fi, tetapi juga dalam teknologi microprocessor, mobil, bio-industri dan teknologi tinggi lain. Bukan itu saja, dalam sepuluh tahun terakhir produksi Jepang meningkat jauh dua kali
lebih cepat dibandingkan Amerika Serikat.

Tentu kita ingin tahu apa rahasia para pendekar bisnis Jepang ini meraih sukses. Berikut rahasia meraka:

*Akio Morita*

Adalah Akio Morita, pendiri perusahaan Sony. Seorang penggemar olahraga golf. Walkman lahir lewat tangan dinginnya karena dia pernah berpikir, “Sebaiknya ada sebuah alat kecil yang bisa mengeluarkan suara.

Kini dia berumur sekitar enampuluhan tahun, berambut putih dengan mata hampir kuning dan berbagan kurus. Namun semangatnya seperti remaja berusia dua puluh lima tahun.

Rumahnya terletak di daerah kedutaan di pinggir Tokyo. Rumah tersebut bertingkat, lengkap dengan kebun dengan sebuah kolam renang. Walaupun dia seorang boss Jepang yang berpikiran Barat, namun ia tetap menjalani hidup sederhana dan memegang teguh tradisi keluarga Jepang pada umumnya.

Baca Selengkapnya...

Monday, April 02, 2012

Berat Segelas Air

Pada Saat Kuliah Tentang Manajemen Stress,
Stephen Covey Mengangkat Segelas Air Dan Bertanya Kepada Para Siswanya,
"Seberapa Berat Menurut Anda, Kira-Kira Segelas Air Ini..?"
Para Siswa Menjawab Mulai Dari 200 Gram Sampai 500 Gram,

"Ini Bukanlah Masalah Berat Absolutnya..
 Tapi Tergantung Berapa Lama Anda Memegangnya. ." Kata  Covey,
"Jika Saya Memegangnya Selama 1 Menit.. Tidak Ada Masalah.."
"Jika Saya Memegangnya Selama 1 Jam.. Lengan Kanan Saya Akan Sakit.."
"Dan Jika Saya Memegangnya Selama 1 Hari Penuh..
 Mungkin Anda Harus Memanggilkan Ambulans Untuk Saya.."

Baca Selengkapnya...

Monday, February 13, 2012

Janganlah mengharapkan kesempurnaan

Jika kamu memancing ikan....
Setelah ikan itu terlekat di mata kail, hendaklah
kamu mengambil ikan itu....
Janganlah sesekali kamu lepaskan ia semula ke
dalam air begitu saja....
Karena ia akan sakit oleh karena ketajaman mata kailmu
Dan mungkin akan menderita selagi ia masih hidup.

Begitulah juga setelah kamu memberi banyak
pengharapan kepada seseorang...
Setelah ia mulai menyayangimu hendaklah kamu
menjaga hatinya....
Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu
saja....
Karena dia akan terluka oleh kenangan bersamamu
Dan mungkin tidak dapat melupakan segalanya selagi
dia mengingatmu....

Baca Selengkapnya...

Thursday, December 29, 2011

Renungan Buat Ayah

A nak merupakan harta yang paling berharga bagi setiap orang tua. Dan sudah menjadi kewajiban setiap orang tua untuk memberikan pendidikan sebagai persiapan anak-anak untuk menghadapi dunia luar. Pendidikan pertama yang didapat anak adalah dalam keluarga. Suami dan istri mejadi guru pertama bagi anak-anaknya. Namun dalam menjalani perannya sebagai orang tua sekaligus guru terjadi kesalahfahaman.

Ibu lebih berperan dalam mendidik anak-anaknya sedangkan ayah lebih berperan dalam mencari nafkah untuk menghidupi keluarga. Banyak suami kurang atau bahkan tidak mau mengambil peran dalam mendidik anak-anaknya dengan berbagai alasan. Paham seperti ini salah. Sudah saatnya para suami ikut berperan dalam mendidik anak. Berikut ini beberapa renungan yang bisa menggugah hati para suami untuk ikut mendidik anak-anaknya :

  1. LIHAT PADA DIRI ANDA SENDIRI. Berani untuk Jujur kepada diri sendiri, jika selama ini kita memang telah salah dan khilaf dalam pengasuhan anak-anak kita, Selama ini , banyak di antara kita yang menganggap pendidikan anak bisa sepenuhnya di tanganin oleh ISTRI, GURU, PENGASUH DAN PEMBANTU RUMAH TANGGA SAJA, dan seorang Ayah hanya sebagai PENCETAK UANG mencari nafkah saja. Jika kita jujur menganalisa kelemahan dan kelebihan diri sebagai ayah, kita telah memiliki modal pertama dan utama dalam MENGASUH dan MEMBESARKAN ANAK2 KITA

Baca Selengkapnya...

Friday, December 16, 2011

Kekayaan, Kesuksesan & Cinta


Suatu ketika, ada seorang wanita yang kembali pulang ke rumah, dan ia melihat ada 3 orang pria berjanggut yang duduk di halaman depan. Wanita itu tidak mengenal mereka semua. Wanita itu berkata: "Aku tidak mengenal Anda, tapi aku yakin Anda semua pasti sedang lapar. Mari masuk ke dalam, aku pasti punya sesuatu untuk menganjal perut."

Pria berjenggot itu lalu balik bertanya, "Apakah suamimu sudah pulang?"
Wanita itu menjawab, "Belum, dia sedang keluar."
"Oh kalau begitu, kami tak ingin masuk. Kami akan menunggu sampai suami mu kembali," kata pria itu.

Baca Selengkapnya...

Wednesday, May 05, 2010

Rumah

Tahun 2005 untuk pertama kalinya aku memasuki rumah ini. Terletak di jalan PK rumah itu berdiri dengan megahnya. Bangunannya kokoh dan disangga dengan tiang-tiang besar yang menunjukkan bahwasanya dia memiliki pondasi yang kuat. Halamannya luas dan ditumbuhi beraneka ragam tanaman yang tertata rapi sehingga menambah keasrian dari bangunan rumah tersebut. Aku menjadi salaah satu penghuni rumah itu. Sungguh merupakan rumah yang selama ini aku impikan.

Rumah itu dihuni lebih dari 50 orang. Cukup banyak memang, namun sekalipun banyak penghuninya, rumah itu tetap saja terjaga ketentraman dan kedamaianya. Antara penghuni yang satu dengan yang lain saling kenal, saling sapa dan saling senyum. Tidak ada percecokan diantara mereka. Hidup rukun dan saling menghormati menjadi bagian dari budaya yang tercipta diantara sesama penghuni. Tolong menolong juga menjadi hal yang biasa dilakukan sesama penghuni rumah. Kita semua berbeda, dengan latar belakang yang tidak sama. Namun kita kita semua berada pada satu atap. Itu yang membuat kita menjadi satu. Bukankah, setiap perbedaan menjadi alunan nada yang terangkai indah menciptakan harmoni.

Setiap hari, para penghuni rumah bekerja sesuai dengan posisinya masing-masing. Tidak ada iri hati. Tidak ada satu penghuni yang merasa bahwa dirinya lebih berharga dibanding penghuni yang lain. Semua memiliki peranan yang penting. Artinya pekerjaan yang satu dengan yang lain saling terkait dan saling membutuhkan. Inilah yang menjadi faktor penting dalam menjaga kekeluargaan para penghuni rumah ini.

Di rumah ini, kita memiliki ibu asuh. Dia yang selama ini menjadi penengah jika diantara sesama penghuni ada perbedaan pendapat. Dia orang yang bijaksana. Tidak akan melakukan pembelaan pada salah satu penghuni rumah. Namun akan mencari solusi untuk kebaikan bersama. Sehingga tidak ada yang merasa dibela dan tidak dibela oleh beliau. Setiap penghuni rumah menaruh hormat kepadanya. Dekat dengan dia seperti seorang teman.

Seperti halnya rumah-rumah yang lain, rumahku ini juga mengalami beberapa kali pergolakan. Ada perberdaan pendapat diantara sesama penghuni rumah. Saling meyakini bahwa pendapatnyalah yang terbaik. Dirinyalah yang bekerja terlalu keras sehingga layak untuk mendapatkan penghargaan yang lebih dibanding penghuni yang lain. Tetapi inilah istimewanya rumahku ini, biarpun ada pergolakan namun persatuan diantara para penghuni tidak pernah luntur. Konflik dianggap sebagai ajang untuk melatih diri berfikir secara bijaksana untuk mencari solusi terbaik tanpa ada perpecahan diantara mereka. Dalam pekerjaan bisa berbeda pendapat namun dalam kehidupan sosial sesama penghuni tetap terjaga. Motto 3S tetap dipelihara, senyum, sapa, salam.

Tiba di awal tahun 2010, ada kabar yang tidak menyenangkan yang didengar oleh penghuni rumah. Rumah yang dikira telah menjadi hak milik ternyata hanya berstatus hak guna bangunan. Itu artinya penghuni rumah tidak dapat selamanya tinggal di rumah itu. Cepat atau lambat mereka harus mencari rumah yang lain. Mendengar kabar itu, para penghuni rumah seakan tidak percaya. Mereka bertanya-tanya satu dengan yang lain,, “Bukankah kita sudah cukup lama menempati rumah ini?” Kemana kita akan pergi?” Aku sudah cukup nyaman berada di rumah ini?’ dan masih banyak lagi pertanyaan yang ada pada benak mereka. Sebagian penghuni rumah beranggapan bahwa kabar itu hanya rumor saja. Sekalipun rumah itu bukan hak milik mereka, namun tidak mungkin secepat itu mereka harus pergi. Itu masih wacana. Sebagian lagi berfikir bahwa rumor itu menjadi semacam peringatan bagi mereka untuk bersiap-siap mencari rumah lain. Biarpun tidak senyaman rumah saat ini, paling tidak ada tempat untuk berteduh bagi mereka.

Tepat hari rabu, Ibu asuh memanggil semua penghuni rumah. Memastikan kepada mereka bahwa rumor tersebut benar adanya. Namun kapan akan selesai masa penggunaan bangunan tersebut, tidak ada kepastian. Ini menyebabkan seluruh penghuni rumah ketakutan dan sedih. Mereka bertanya-tanya kemana akan pergi? Kemana akan berlindung dari hujan dan panas? Ini sungguh kejam. Ini tidak adil. Kiita harus melakukan sesuatu. Dengan berhati-hati ibu asuh berusaha menenangkan para penghuni rumah. “Jangan khawatir, ibu akan mencoba untuk mencarikan rumah sementara untuk kalian sebelum kalian bisa mencari rumah sendiri”. Pernyataan ini sedikit banyak menenangkan hati para penghuni rumah. Setidaknya mereka tidak akan terlantar begitu saja, ada waktu untuk mencari rumah yang lain. Tapi sampai kapan? Tidak ada yang tahu.

Waktu terus berjalan hingga suatu hari, kembali para penghuni dikumpulkan oleh ibu asuh. Dengan suara yang tertahan ibu asuh memberitahukan batas akhir penggunaan rumah tersebut. Sebagian penghuni rumah terkejut dan tidak mampu membendung airmatanya. Mengapa harus berakhir seperti ini? Mengapa secepat ini? Dan sebagian lain, mencoba menguatkan hatinya dan berfikir positif bahwa ini memang waktunya untuk mencari rumah lain yang lebih bagus, yang lebih kokoh dan rumah yang telah memiliki sertifikat hak milik. Sejak itu, sesama penghuni rumah saling menguatkan, memberi semangat dan saling mendukung. Saling berbagi informasi tentang rumah baru. Persaudaraan diantara mereka semakin kuat. Tidak tampak ada perbedaan diantara sesama penghuni. Apabila salah satu penghuni rumah telah mendapatkan rumah baru, maka yang lainnya akan turut senang mendengarnya dan memberi selamat kepada penghuni yang beruntung tersebut. Begitulah seterusnya yang terjadi.

Waktu, sekalipun berjalan pelan namun tetap tidak dapat dihentikan. Akhirnya masa penggunaan bangunan rumah tersebut tiba. Waktunya bagi para penghuni yang masih tertinggal dirumah itu untuk segera beres-beres dan angkat kaki. Airmata yang selama ini dapat ditahan pada akhirnya jatuh juga. Seberapa pun kuatnya berusahan untuk menahannya, airmata tetap menetes. Ada keharuan. Ketika perpisahan sesama penghuni harus terjadi. Tawa, canda dan cerita yang selama ini hadir mewarnai kehidupan mereka harus segera diakhiri. Rumah yang mereka cintai itu harus segera ditinggalkan. Suka atau tidak. Karena pada kenyataannya itu bukan rumah mereka. Rumah itu hanya dititipkan sementara bagi mereka. Berat memang untuk menghadapi kenyataan yang ada. Ada kesal dan amarah ketika akhirnya mereka harus meninggalkan rumah itu. Tapi setiap penghuni rumah telah belajar banyak selama mereka menghuni rumah tersebut. Kenyataan tidak untuk ditangisi tapi untuk dihadapi dengan kepala tegak. Di depan masih banyak rumah-rumah lain yang menunggu kehadiran para penghuni rumah tersebut. Rumah itu tidak berstatus hak guna bangunan namun rumah yang dibangun dengan keringat sendiri, rumah yang berstatus hak milik.

Para penghuni rumah keluar dari bangunan itu dengan senyuman. Tetangga sebelah kanan dan kiri memandang mereka dengan tatapan sedih. Namun para penghuni rumah itu berkata, kami pergi untuk membangun rumah-rumah yang lain. Jangan iringi kami dengan tangisan dan muka sedih, namun iringi kami dengan doa dan senyuman. Kelak kami yang akan mengundang kalian kerumah yang telah menjadi milik kami.

Beberapa bulan kemudian, aku meliuhat rumah itu masih berdiri kokoh dan megah. Rumah yang pernah kutempati dan saat ini telah ditempati orang lain. Rumah yang penuh kenangan indah. Di rumah ini, banyak hal yang terjadi. Disini aku pernah menangis, marah dan kesal. Disini jugalah aku selalu tertawa, bercanda dan bersuka. Mengenal para penghuni rumah yang memiliki karakter ajaib yang membuatku selalu tertawa dikala aku ingin menangis, menghiburku dikala aku sedang bersedih. Aku rindu dengan para penghuni yang lain. Entah dimana mereka saat ini berada, hanya kabar melalui jejaringan sosial yang aku tahu. Namun dimana pun mereka saat ini berada, aku yakin mereka telah berhasil menemukan rumah baru.

Cerita diambil dari karangan teman yang sedang mengungkapkan perasaannya
Thx to Nora Jusnita Girsang


Baca Selengkapnya...

Tuesday, September 29, 2009

Makna Sebuah Titipan (W.S Rendra)

Sudah dari dulu sebenarnya tidak suka dengan yang namanya sajak atau puisi. Selain karena aku tidak pandai membuatnya aku juga tidak pandai membacanya. Kemaren tanggal 6 Agustus 2009 aku mendengar sebuah puisi yang sangat dalam maknanya. Puisi ini dibuat oleh seorang penyair Indonesia yang terkenal dengan julukan "si burung merak". Ya tepat sekali dugaan rekan-rekan semua. Si burung merak tak lain adalah W.S Rendra.

Puisi ini dibacakan oleh penyiar radio Delta FM,Shahnaz Haque, sebagai bentuk penghargaan untuk mengenang sang burung merak yang telah perpulang ke Allah SWT. Tanggal 6 Agustus 2009 tepat beliau menghembuskan nafas terakhirnya dimuka bumi. Puisinya ini sangat menyentuh hati ku. Puisi dengan judul "Makna sebuah titipan".

Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,

kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”, dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…

“ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”

Semoga semua amal ibadah beliau diterima di sisiNya
Amin....

Baca Selengkapnya...

Sunday, September 27, 2009

Jadwal Sholat Online

Sholat merupakan tiang agama. Setiap manusia yang beragama Islam wajib melaksanakan sholat sebagai rukun iman ke 2. Namun kadang kita lalai dengan waktu sholat kita. Sholat yang baik adalah sholat yang dilakukan diawal waktu. Karena kita tidak mengetahui jadual sholat dengan pasti dan kumandang adzan juga tidak terdengar saat kita sedang bekerja dikantor atau digedung perkantoran menyebabkan kita tidak melaksanakan sholat sesuai dengan anjuran yaitu diawal waktu.

Jika kita bekerja dikantor yang sudah dilengkapi dengan fasilitas internet, hal ini bukan menjadi alasan. Kita bisa mengetahui jadual lengkap waktu sholat di seluruh Indonesia. Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) sudah menyediakan jadual sholat untuk seluruh daerah di Indonesia. Kita bisa mengetahui jadual sholat dengan pasti setiap harinya.

Cara melihatnya juga cukup mudah, klik jadwal sholat kemudian jika daerah yang anda inginkan tidak tersedia hanya tinggal mengganti daerahnya saja sesai dengan daerah dimana anda berada dan muncullah jadual sholat yang sesuai dengan daerah anda. Gampang bukan. InsyaAllah jadual ini bisa dipercaya dan kita bisa melaksanakan sholat sesuai dengan anjuran yaitu diawal waktu





Baca Selengkapnya...

Thursday, June 18, 2009

MERAIH PERTOLONGAN ALLAH DENGAN 3T

“Tidak berarti semua amal kebaikan, bila jiwa kita kotor karena dosa. Dan pembersih dosa adalah tobat”.

Ada satu berita yang hampir setiap hari muncul dimedia cetak atau elektronik. Yaitu berita tentang penderitaan, bencana, dan kesulitan hidup akibat krisis ekonomi. Ribuan bahkan jutaan orang jatuh miskin. Kenyataan tersebut sebenarnya terjadi di sekitar kita. Bahkan boleh jadi menimpa kita.

Apa yang harus dilakukan? Menjalani ikhtiar untuk memperbaiki hidup adalah satu kewajiban. Namun ada satu hal yang tak boleh kita lupakan, yaitu "kembali kepada Allah". Saudaraku, semua yang ada dan semua yang terjadi ada dalam genggaman Allah. Maka, di tengah kondisi yang kurang mengenakkan ini, sudah selayaknya kita kembali kepada-Nya. Menguatkan kembali kedekatan dan menggantungkan harapan hanya kepada-Nya. Selain Allah hanya sekadar jalan atau perantara saja. Ada tiga hal yang wajib kita amalkan agar kita layak ditolong Allah. Saya menyingkatnya dalam rumus "3T".

"T" pertama adalah Tobat. Pertolongan Allah akan tercurah kepada orang-orang yang mau merendahkan diri dan mengakui kesalahannya di hadapan Allah. Tobat bisa diumpamakan dengan membersihkan mangkuk yang berlumur noda, sebelum mngkuk itu diisi dengan makanan. Tak berarti makanan selezat apapun, bila mangkuk yang menampungnya kotor penuh noda. Demikian pula jiwa kita. Tidak berarti amal kebaikan, bila jiwa kita kotor karena dosa. Dan pembersih dosa adalah tobat. Tobat adalah jalan meraih kebahagiaan dan cinta Allah. Difirmankan, Bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai kaum Mukminin, supaya kamu semua berbahagia (QS An-Nur [24]: 31). Juga dalam QS Al-Baqarah [2] ayat 222, Sesungguhnya Allah itu menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. Maka pantas kalau Rasulullah SAW bertobat tak kurang dari 70 kali sehari.

Ada empat syarat tobat. Yaitu: (1) menyesal dengan sebenarnya, seperti menyesalnya seorang ibu yang membunuh anaknya; (2) eksplisit memohon ampun kepada Allah; (3) tidak mengulanginya lagi; dan (4) mengiringinya dengan amal saleh.

"T" kedua adalah Taat. Siapa pun yang ingin ditolong oleh Allah, setelah taubatan nasuha, maka ia harus bersungguh-sungguh taat kepada Allah taat. Tingkatkan ibadah. Jangan sia-siakan shalat berjamaah di masjid, sempurnakan dengan tahajud, dhuha, dan rawatib. Perbanyak sedekah, santuni orang miskin. Biasakan shaum sunnat, khususnya Senin Kamis atau Daud. Pokoknya, laksanakan semua ibadah yang dicintai Allah Azza wa Jalla. Semakin dekat kita dengan Allah, insya Allah akan semakin dekat pula datangnya pertolongan dan kebahagiaan hidup.

"T" ketiga adalah Tawakal. Saudaraku, baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah. Maka apapun yang kita lakukan, serahkan semuanya kepada Allah. Kita jangan terlalu yakin dengan kehebatan dan kepintaran kita. Tapi yakinlah seratus persen kepada-Nya.

Dalam QS Ath-Thalaq [65] ayat 2-3, Allah berjanji kepada ahli tawakal, Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Wallahu a'lam

( KH Abdullah Gymnastiar )

NB: Semoga berkenan dan bermanfaat bagi semua.

Baca Selengkapnya...

Wednesday, June 03, 2009

Demi Allah, Aku Mencintaimu !

Dari gesture-nya aku tahu pasti: dia ingin menyampaikan sesuatu. "Adaapa tho? Mbok terus terang saja, jangan ditahan, nanti malah bikin stres lho!" Aku memecah keheningan suasana malam itu. "Tapi Mas jangan marah lho ya!" pinta istriku dengan serius.

"Astaghfirullahal adziim… Belum - belum kok sudah su'udhon sama suami gitu… "

"Aku mau cerita kalau Mas janji nggak marah… " masih serius dia memohon, menambah penasaranku akan apa yang akan dia sampaikan.

"Baiklah, insya Allah aku tidak akan marah."

"Sebenarnya Mas ini sayang sama Dik Rani nggak sih, Mas?" Prolognya mengejutkanku. Dan klasik sekali, tipikal laki laki di negeri ini, aku menjawab dengan:

"Mengapa kau bertanya begitu?"

"Tuh, kan! Mas marah, kan... "

"Tetapi mengapa kau bertanya begitu? Mengapa?!" Egoku sebagai laki laki meninggi.

"Kalau Mas marah gitu aku nggak jadi cerita..." Dengan sedikit menggeser badannya dari tempat ia duduk, dan dengan mimiknya yang seolah tanpa dosa itu, ia seakan hafal bagaimana menaklukkanku.

"Baiklah... Mengapa kau bertanya begitu?" Aku tetap tidak menjawab pertanyaannya.

Entah mengapa, laki laki di negeri kami amat jarang mengungkapkan kata- kata cinta bahkan kepada istrinya sekalipun. Bahkan ketika ditanya dengan pertanyaan segamblang itupun, terasa kelu lidah ini untuk sekedar menjawab, "Aku sayang padamu, Dik..."

Bagi kami, para laki - laki, cinta tidak perlu diungkapkan dengan kata- kata. Cinta adalah memberikan kepada orang orang yang kami cintai apa yang mereka butuhkan. Cinta adalah bekerja keras membanting tulang mencari nafkah untuk diberikan kepada anak, istri dan orang tercinta kami. Cinta itu demikian kuat, demikian dalam, demikian terang memancar dari dalam hati kami hingga kami sangat yakin bahwa rasa cinta itu sanggup menembus hati istri - istri kami meskipun tidak pernah kami ucapkan.

Kuatnya keyakinan itu membuat kami memaksa istri - istri kami memahami hal itu: Jangan pernah kalian tanyakan cinta kami, sebab cinta kami adalah cinta murni, bukan cinta basa basi dengan penuh kata kata puisi.

Cinta kami adalah dengan memberi bukti, bukan obral janji. Maka ketika cinta ditanyakan, bahkan ketika belum dipertanyakan, bagi kami terdengar sebagai sebuah vonis: engkau belum bisa memberikan yang terbaik untukku!

Itulah kami, para lelaki. Pertanyaan sederhana yang hanya membutuhkan jawaban sederhana: ya atau tidak, menjadi sebuah pertanyaan kompleks yang kental dengan beratus prejudice: Mas tidak cinta kepadaku karena nafkah yang mas berikan sedikit; atau: Mas tidak cinta kepadaku karena banyak permintaanku yang belum Mas penuhi; atau Mas tidak cinta kepadaku karena aku lihat akhir akhir ini sering pulang terlambat... dst.

"Mas harus jawab dulu pertanyaan dik Rani, sebenarnya Mas sayang nggak sama dik Rani?"

Mimiknya mulai serius. Penasaran dengan background pertanyaan itu, aku melunak:

Baiklah, dik! Mas Anto sayang banget sama dik Rani.

Bener?!

Betul!

Terima kasih, mas Anto! Sekilas kulihat rona merah di pipi istri tercintaku.

Suasana menjadi agak hening. Aku menjadi kikuk. Belum pernah aku alami fragmen itu sepanjang pernikahan kami yang sudah menghasilkan dua anak ini. Kayak di sinetron saja, pikirku. Aku termasuk orang yang berpendapat kisah - kisah dalam sinetron adalah kisah di dunia lain.

Dunia nyata harus berbeda dengan dunia sinetron.

"Sekarang gantian mas Anto yang tanya. Mengapa Dik Rani bertanya seperti itu?" Aku memecah keheningan sesaat itu

"Dik Rani bersedia menjawab asalkan Mas Anto janji dulu."

"Janji apa?"

"Janji nggak marah setelah mendengar jawaban dik Rani."

Jiwa kelelakianku kembali terusik. Pasti jawabannya tidak menyenangkan dan pasti mengundang kemarahanku.

Tetapi kali ini, karena rasa penasaranku yang semakin menjadi – jadi, aku bisa mengontrol diri, dan menjawab:

"Mas Anto janji nggak akan marah.".

Tentu saja kata kata itu hanya untuk mempercepat aku memperoleh jawaban dari istriku, mengapa ia bertanya seperti itu.

"Mas, Dik Rani sudah tidak tahan lagi untuk tidak mengungkapkan hal ini..."

Prolognya mengakselerasi degup jantungku.

"Dalam sebulan ini Dik Rani beberapa kali bermimpi. Dan dalam dua minggu terakhir ini mimpi itu semakin sering hadir dalam tidur Dik Rani.

Dalam mimpi – mimpi itu dik Rani bertemu dengan teman teman laki – laki sekelas dik Rani waktu SD, SMP dan SMA. Orangnya lain – lain, tetapi mimpinya sama, Mas...! "

Rani berhenti bercerita. Matanya mulai berkaca – kaca. Kalimatnya menjadi bergetar di akhir kalimat.

Setelah menyeka air matanya yang mulai mengalir, ia melanjutkan ceritanya.

"Dalam mimpi - mimpi itu selalu saja teman - teman Dik Rani bilang..."

Ia berhenti lagi. Air matanya semakin deras

"Mereka bilang, aku sayang sama kamu, Rani!....". Tangisnya pun pecah mengiringi kalimat terakhirnya itu.

Bagai disambar petir kepala ini. Seluruh darahku terasa naik ke kepala.

Aku marah bukan kepalang. Aku cemburu. Dan sejurus kemudian, aku

menghakimi: Dasar istri tak tahu diuntung! Punya suami baik – baik kayak gini kok malah membayangkan laki – laki lain. Bagaimana tidak? Darimana datangnya mimpi - mimpi itu kalau tidak dari angan angan yang kuat?

Seakan tahu pasti bakal reaksiku, si Rani istriku segera membela diri.

"Tapi, Mas! Demi Allah! Dik Rani tidak pernah mengingat ingat mereka, apalagi membayangkan mereka! Sungguh, Mas! Demi Allah!"

Aku tetap diam menahan marah.

"Lihatlah, Mas! Kalau memang dik Rani membayangkan mereka, tidak mungkin dik Rani bilang ke Mas Anto seperti ini!"

Kalimat terakhir ini sedikit memancing logikaku bekerja, setelah beberapa saat mati total karena seluruh energiku terkuras ke emosiku.

Tetapi kemarahanku sudah terlanjur mencapai puncaknya. Kemarahan memang membuat logika tidak bisa bekerja. Untungnya aku segera tersadar.

Teringat perintah Rasulullah SAW, aku segera mengambil wudhu.

Kemarahanku sedikit mereda. Tapi belum benar – benar padam. Seperti biasa, jika marah aku terdiam dan tidak mau melihat wajah istriku.

Meskipun masih satu ranjang, malam itu kami tidur saling menghadapkan punggung; posisi tidur yang diccela oleh Rasulullah SAW.

Malam itu barangkali adalah malam terburuk sepanjang sejarah pernikahanku dengan Rani, adik angkatan di bangku kuliahku. Seperti layaknya pernikahan para aktifis masjid di kampus, kami diperkenalkan, dan dijodohkan oleh ustadz kami. Pernikahan kami adalah pernikahan gayabaru untuk ukuran masyarakat kami. Kami tidak melewati masa masa pacaran. Begitu diperkenalkan, kemudian ada chemistry di antara kami, tahapan selanjutnya adalah langsung ke jenjang pernikahan. Pesta pernikahan kami pun sederhana. Maklum, kami menikah sebelum kuliah kami selesai. Kami tidak ingin membebani orang tua kami dengan biaya pernikahan yang sangat tinggi, sementara kami belum mandiri secara finansial.

Hari demi hari, bulan demi bulan kami menjalani kehidupan rumah tangga kami. Dua anak pun sudah dikaruniakan kepada kami. Sebelum lulus kuliah, aku bekerja di sebuah lembaga bimbingan belajar terkemuka. Di samping itu aku juga melayani les privat untuk tetangga rumah kontrakanku.

Setelah lulus aku bekerja pada sebuah perusahaan engineering consultant.

Sementara itu Rani sibuk dengan dua jagoan kami yang memang masih membutuhkan ibunya full – time; Rani tidak bekerja. Saya yakin model keluarga kami adalah tipikal keluarga aktifis dakwah kampus.

Hingga kejadian malam itu, aku merasa Allah telah menjadikan keluarga kami menjadi tauladan bagi pasangan muda di komunitas kami. Setidaknya itulah yang pernah kudengar dari beberapa temanku. Aku merasa menjadi laki laki paling bahagia di muka bumi. Kami tampak selalu rukun, tampak harmonis, dan bisa dibilang tidak ada pesoalan rumah tangga yang serius di keluarga kami. Tidak ada persoalan finansial, komunikasi antar pasangan, atau persoalan tidak segera mendapat momongan; tiga persoalan utama yang sering kami temui di keluarga teman - teman kami. Tetapi pengakuan Rani malam itu sungguh membuat aku merasa hancur. Kebahagian yang selama ini aku banggakan ternyata hanyalah kebahagiaan semu. Aku merasa gagal. Keharmonisan keluarga kami yang dilihat orang ternyata nol besar. Aku merasa sedih, karena ternyata aku gagal melihat kenyataan bahkan ketika kenyataan itu adalah kehidupanku sendiri.

"Ustadz, bisa minta waktu sebentar, saya ada persoalan yang ingin saya diskusikan dengan ustadz."

"Persoalan apa?"

"Masalah rumah tangga, ustadz!"

"Mau nikah lagi?"

"Ah, enggak ustadz! Saya sedang ada persoalan dengan Rani."

"Baik, nanti malam ba'da 'isya' insya Allah saya ada di rumah."

"Jazaakallahu khairan, Ustadz!"

"Amiin, walakum."

Ustadz Rahmat adalah salah satu ustadz kami. Di kalangan aktifis, beliau terkenal sebagai ustadz spesialisasi rumah tangga. Beliau menjadi perantara pernikahan hampir semua aktifis. Beliau juga biasa menjadi rujukan teman – teman ketika mendapat persoalan dalam kehidupan rumah tangga. Pagi itu, setelah acara ta'lim pagi yang biasa diselenggarakan di masjid kampus, saya membuat perjanjian dengan beliau untuk mengkonsultasikan premasalahan yang sedang saya hadapi.

"He he he.... . Anto..., Anto.!" Ustadz Rahmat tersenyum setelah mendengar penuturanku tentang mimpi - mimpi Rani; termasuk juga kecemburuanku dan perasaan kegagalanku.

"Aku tidak mengira, ternyata kau dan Rani yang selama ini tampak harmonis ternyata punya masalah juga. Sebenarnya ini masalah klasik, dan sederhana sekali. Bahkan sudah sering menjadi tema dalam kajian – kajian. Jadi... sekali lagi saya terkejut juga mendengar penuturanmu."

Aku terdiam. Aku mencoba mengingat ingat materi kajian yang pernah kuikuti. Tetapi aku tidak mendapatkan satupun yang relevan dengan kasusku.

"Coba ambil kitab riyadhus-shalihin di rak buku itu!" ustadz Rahmat memintaku mengambil kitab riyadhus shalihin terjemahan bersampul biru di rak buku di belakangku. Tidak sulit aku mendapatkannya. Riyadhus shalihin adalah kitab kumpulan hadits yang biasa kami telaah, baik di pengajian - pengajian rutin maupun bacaan kedua di rumah tangga setelah AlQur'an.

"Bab berapa ustadz?" Seperti biasa, kamilah yang beliau minta membuka dan membaca sendiri ayat atau hadits yang ada di dalam sebuah kitab, ketika beliau ingin mengajari kami sesuatu.

"Coba buka bab keutamaan cinta karena Allah, di jilid I. Kira kira halaman 300-an. Sedemikian seringnya kitab itu dijadikan rujukan, ustadz Rahmat hafal betul letak halamannya."

Dan, terbukalah halaman 317, tertulis judul: Pasal: Keutamaan cinta karena Allah, dan menganjurkan serta memberitahu kepada Allah, dan orang yang dicinta karena Allah, dan jawaban orang yang diberitahu.

"Sudah ketemu?"

"Sudah, Ustadz!"

"Coba kamu baca hadits terakhir dari Pasal itu!"

"Baik, Ustadz!"

Aku balik lembar demi lembar, dan sampailah mataku tertuju hadits nomor 11, hadits terkahir dari Pasal keutamaan cinta karena Allah.

"Anas r.a. berkata: Adaseseorang duduk di sisi Nabi SAW, tiba tiba lewatlah seorang laki – laki, dan berkatalah orang yang duduk di sisi Nabi SAW tersebut: "Wahai Rasulullah, sungguh saya sangat menyayangi orang itu." Nabi SAW bertanya, "Apakah sudah kauberitahu padanya, bahwa kau cinta kasih kepadanya?" Jawabnya: "Belum.". Lantas bersabda Nabi

SAW: "Beritahulah ia!". Maka dikejarnya orang itu dan berkatalah ia kepadanya, "Sungguh, demi Allah, Aku sayang cinta kepadamu!". Maka orang itu menjawab, "Semoga Allah menyayangi dan mencintaimu, sebagaimana kau mencintaiku karena Dia." (HR. Abu Dawud).

Aku terdiam setelah membaca hadits itu. Aku tertegun, seakan akan hadits itu baru saja aku baca. Padahal, secara logika, seharusnya hadits itu seharusnya sudah aku baca dan aku pelajari, sebab sudah dua kali aku mengkhatamkan riyadhus shalihin. Tak terasa, air mata meleleh membasahi pipiku.

"Anto,..." Ustadz Rahmat memecahkan keheningan sesaat itu.

"Berapa kali kau sampaikan kepada istrimu bahwa kau mencintainya karena Allah?"

Aku terdiam. Sejurus kemudian aku menjawab, "Belum pernah, Ustadz!"

"Anto, ketahuilah, wahai saudaraku; manusia tidak bisa membaca kata hati manusia yang lain. Tidak pula dengan malaikat. Hanya Allah dan kitalah yang tahu isi hati kita masing – masing. Karena itulah, Rasulullah mengajarkan kepada kita, kalau kita mencintai seseorang karena Allah, maka sampaikan kepadanya bahwa kita mencintainya. Apalagi dengan istri – istri kita."

"Tetapi, ustadz, tidak cukupkah perbuatan dan kebaikan saya kepada istri saya selama ini menjadi bukti cinta saya kepadanya?"

"He he he... . Seharusnya sudah cukup. Paling tidak menurut pikiranmu.

Tetapi tidak menurut Rasulullah SAW, sebagaimana hadits yang barusan kaubaca. Ingatlah, wahai Anto, Allah menciptakan manusia berbeda – beda.

Jangan kau samaratakan semua orang. Jangan kau anggap semua manusia memiliki nalar dan perasaan seperti yang kau punya. Apalagi wanita, Anto! Mereka adalah makhluk Allah yang penuh misteri. Bahkan Allah swt sampai membuat suratAn-Nisa' di dalam AlQur'an, seakan mengingatkan kepada kita untuk berhati – hati bergaul dengan mereka. Wanita itu, wahai Anto, diciptakan Allah dengan sifat sifat kelembutan dan kasih sayang. Perasaan mereka lebih lembut dan lebih sensitif dibandingkan kita para lelaki. Mereka butuh kasih sayang, dan ungkapan kasih sayang dengan kata kata adalah salah satu kebutuhan dasar mereka. Sesungguhnya kita para lelakipun memiliki kebutuhan dasar itu, namun tidak sekuat kebutuhan para wanita. Tahukah kau apa yang terjadi pada Rani istrimu?

Hatinya gersang akan ungkapan kasih sayang. Ibarat tanah di musim kemarau yang merindukan datangnya hujan, hati rani sudah bertahun tahun tidak pernah disiram dengan kata kata kasih sayang. Seharusnya kau yang menyiram hatinya dengan untaian kata kasih sayang. Namun karena kau egois dan menganggap bahwa kau tidak perlu mengungkapkan perasaanmu, maka orang lainlah yang menyirami hati Rani yang gersang itu. Saya yakin, Rani benar dengan pengakuannya bahwa ia tidak membayangkan kawan – kawan masa lalunya. Mimpi – mimpi itu muncul dari alam bawah sadar Rani yang sudah sedemikian kering dan haus akan siraman ungkapan kasih sayang."

Aku merasa amat bodoh di hadapan ustadz Rahmat. Aku tidak bisa berkata apa – apa.

"Sekarang, pulanglah, mintalah maaf kepada istrimu, dan sampaikan padanya, bahwa demi Allah, kau mencintainya. Insya Allah mimpi – mimpi itu tak kanpernah datang lagi dalam tidur Rani."

Sejenak kemudian aku mohon pamit dan mengucapkan banyak terima kasih kepada Ustadz Rahmat. Dan, seperti biasa, ustadz Rahmat melepas kepergianku hingga pintu gerbang pagar rumah beliau, dan selalu dengan senyum khas beliau itu: senyum khas seorang Ustadz Rahmat.

Malam itu barangkali akan menjadi malam terindahku dengan istriku.

Sulit kulukiskan dengan kata – kata, bagaimana malam itu, untuk pertama kalinya setelah hampir limatahun menikah dengannya, aku ucapkan, "Demi Allah, Aku mencintaimu, Rani!" Bagaimana reaksi Rani, bagaimana syahdunya suasana malam itu biarlah menjadi kenangan kami sendiri. Aku tidak kuasa melukiskannya dengan kata – kata, sebab kalimat apapun yang kupilih, tidak bisa menggambarkan indahnya suasana malam itu.

Dan Alhamdulillah, setelah malam itu, Rani tidak lagi dihampiri teman – teman lamanya dalam tidurnya.

Abadikanlah cinta kami dalam ridhaMu, ya Allah!


Oleh : R. Fathoni.
Nilagraha, Mei 2008
Nama – nama dalam tulisan di atas adalah fiktif, namun kisahnya adalah kisah nyata sebagaimana dituturkan pelaku kepada penulis.
Keluarga "Anto dan Rani" sekarang tinggal di sebuah kotadi Jawa Tengah, dan hingga kini dikaruniai 5 orang anak.

Baca Selengkapnya...

Saturday, May 09, 2009

Dasyatnya Sedekah

Berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa, saya dipertemukan dengan hamba-Nya yang satu ini. Beliau adalah seorang leader yang selalu mengayomi, memberikan bimbingan, semangat, inspirasi, ide dan gagasan segar. Beliau seorang pemimpin yang mampu menggerakkan ratusan hingga ribuan anak buahnya. Beliau seorang guru yang memiliki lautan ilmu, yang selalu siap ditimba oleh anak-anaknya dan bagai tiada pernah habis.

Saat ini beliau memiliki berbagai macam bidang usaha, di antaranya sebagai supplier dan distribusi alat dan produk kesehatan, puluhan hektar tambak, puluhan hektar ladang, berpuluh rumah kos, ruko, stand penjualan di mall, apartemen dan lain-lain. Pernah saya mencoba menghitung, penghasilan beliau bisa mencapai Rp 1 Milyar per bulannya. Sebuah pencapaian luar biasa bagi saya dan kebanyakan orang lain.

Pertemuan antara saya dan beliau yang saya ceritakan di bawah ini terjadi beberapa tahun yang lalu, di saat penghasilan beliau masih berkisar Rp 200 juta per bulan. Bagi saya, angka ini pun sudah bukan main dahsyatnya. Sengaja saya tidak menyebutkan namanya, karena cerita ini saya publish belum mendapatkan ijin dari beliau. Kita ambil wisdomnya saja ya.



Suatu hari, terjadilah dialog antara saya dengan beliau di serambi sebuah hotel di Bandung . Saya ingat, beliau berpesan bahwa beliau senang ditanya. Kalau ditanya, maka akan dijelaskan panjang lebar. Tapi kalau kita diam, maka beliau pun akan "tidur". Jadilah saya berpikir untuk selalu mengajaknya ngobrol. Bertanya apa saja yang bisa saya tanyakan.

Sampai akhirnya saya bertanya secara asal, "Pak, Anda saat ini kan bisa dibilang sukses. Paling tidak, lebih sukses daripada orang lain. Lalu menurut Anda, apa yang menjadi rahasia kesuksesan Anda?"

Tak dinyana beliau menjawab pertanyaan ini dengan serius.

"Ada empat hal yang harus Anda perhatikan," begitu beliau memulai penjelasannya.

RAHASIA PERTAMA

"Pertama. Jangan lupakan orang tuamu, khususnya ibumu. Karena ibu adalah orang yang melahirkan kita ke muka bumi ini. Mulai dari mengandung 9 bulan lebih, itu sangat berat. Ibu melahirkan kita dengan susah payah, sakit sekali, nyawa taruhannya. Surga di bawah telapak kaki ibu. Ibu bagaikan pengeran katon (Tuhan yang kelihatan).

Banyak orang sekarang yang salah. Para guru dan kyai dicium tangannya, sementara kepada ibunya tidak pernah. Para guru dan kyai dipuja dan dielukan, diberi sumbangan materi jutaan rupiah, dibuatkan rumah; namun ibunya sendiri di rumah dibiarkan atau diberi materi tapi sedikit sekali. Banyak orang yang memberangkatkan haji guru atau kyainya, padahal ibunya sendiri belum dihajikan. Itu terbalik.

Pesan Nabi : Ibumu, ibumu, ibumu... baru kemudian ayahmu dan gurumu.
Ridho Allah tergantung pada ridho kedua orang tua. Kumpulkan seribu ulama untuk berdoa. Maka doa ibumu jauh lebih mustajabah." Beliau mengambil napas sejenak.

RAHASIA KEDUA

"Kemudian yang kedua," beliau melanjutkan. "Banyaklah memberi. Banyaklah bersedekah. Allah berjanji membalas setiap uang yang kita keluarkan itu dengan berlipat ganda. Sedekah mampu mengalahkan angin. Sedekah bisa mengalahkan besi. Sedekah membersihkan harta dan hati kita. Sedekah melepaskan kita dari marabahaya. Allah mungkin membalas sedekah kita dengan rejeki yang banyak, kesehatan, terhindarkan kita dari bahaya, keluarga yang baik, ilmu, kesempatan, dan lain-lain.

Jangan sepelekan bila ada pengemis datang meminta-minta kepadamu. Karena saat itulah sebenarnya Anda dibukakan pintu rejeki. Beri pengemis itu dengan pemberian yang baik dan sikap yang baik. Kalau punya uang kertas, lebih baik memberinya dengan uang kertas, bukan uang logam. Pilihkan lembar uang kertas yang masih bagus, bukan yang sudah lecek. Pegang dengan dua tangan, lalu ulurkan dengan sikap hormat kalau perlu sambil menunduk (menghormat) . Pengemis yang Anda beri dengan cara seperti itu, akan terketuk hatinya, 'Belum pernah ada orang yang memberi dan menghargaiku seperti ini.' Maka terucap atau tidak, dia akan mendoakan Anda dengan kelimpahan rejeki, kesehatan dan kebahagiaan.

Banyak orang yang keliru dengan menolak pengemis yang mendatanginya, bahkan ada pula yang menghardiknya. Perbuatan itu sama saja dengan menutup pintu rejekinya sendiri.

Dalam kesempatan lain, ketika saya berjalan-jalan dengan beliau, beliau jelas mempraktekkan apa yang diucapkannya itu. Memberi pengemis dengan selembar uang ribuan yang masih bagus dan memberikannya dengan dua tangan sambil sedikit membungkuk hormat. Saya lihat pengemis itu memang berbinar dan betapa berterima kasihnya.

RAHASIA KETIGA

"Allah berjanji memberikan rejeki kepada kita dari jalan yang tidak disangka-sangka, " begitu beliau mengawali penjelasannya untuk rahasia ketiganya. "Tapi sedikit orang yang tahu, bagaimana caranya supaya itu cepat terjadi? Kebanyakan orang hanya menunggu. Padahal itu ada jalannya."

"Benar di Al Quran ada satu ayat yang kira-kira artinya : Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya diadakan-Nya jalan keluar baginya dan memberinya rejeki dari jalan/pintu yang tidak diduga-duga" , saya menimpali (QS Ath Thalaq 2-3).

"Nah, ingin tahu caranya bagaimana agar kita mendapatkan rejeki yang tidak diduga-duga? ," tanya beliau.

"Ya, bagaimana caranya?" jawab saya. Saya pikir cukup dengan bertaqwa, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka Allah akan mengirim rejeki itu datang untuk kita.

"Banyaklah menolong orang. Kalau ada orang yang butuh pertolongan, kalau ketemu orang yang kesulitan, langsung Anda bantu!" jawaban beliau ini membuat saya berpikir keras. "Saat seperti itulah, Anda menjadi rejeki yang tidak disangka-sangka bagi orang itu. Maka tentu balasannya adalah Allah akan memberikan kepadamu rejeki yang tidak disangka-sangka pula."

"Walau pun itu orang kaya?" tanya saya.

"Ya, walau itu orang kaya, suatu saat dia pun butuh bantuan. Mungkin dompetnya hilang, mungkin ban mobilnya bocor, atau apa saja. Maka jika Anda temui itu dan Anda bisa menolongnya, segera bantulah."

"Walau itu orang yang berpura-pura? Sekarang kan banyak orang jalan kaki, datang ke rumah kita, pura-pura minta sumbangan rumah ibadah, atau pura-pura belum makan, tapi ternyata cuma bohongan. Sumbangan yang katanya untuk rumah ibadah, sebenarnya dia makan sendiri," saya bertanya lagi.

"Ya walau orang itu cuma berpura-pura seperti itu," jawab beliau. "Kalau Anda tanya, sebenarnya dia pun tidak suka melakukan kebohongan itu. Dia itu sudah frustasi karena tidak bisa bekerja atau tidak punya pekerjaan yang benar. Dia itu butuh makan, namun sudah buntu pikirannya. Akhirnya itulah yang bisa dia lakukan. Soal itu nanti, serahkan pada Allah. Allah yang menghakimi perbuatannya, dan Allah yang membalas niat dan pemberian Anda."

RAHASIA KEEMPAT

Wah, makin menarik, nih. Saya manggut-manggut. Sebenarnya saya tidak menyangka kalau pertanyaan asal-asalan saya tadi berbuah jawaban yang begitu serius dan panjang. Sekarang tinggal satu rahasia lagi, dari empat rahasia seperti yang dikatakan beliau sebelumnya.

"Yang keempat nih, Mas," beliau memulai. "Jangan mempermainkan wanita".

Hm... ini membuat saya berpikir keras. Apa maksudnya. Apakah kita membuat janji dengan teman wanita, lalu tidak kita tepati? Atau jangan biarkan wanita menunggu? Seperti di film-film saja.

"Maksudnya begini. Anda kan punya istri, atau suami. Itu adalah pasangan hidup Anda, baik di saat susah maupun senang. Ketika Anda pergi meninggalkan rumah untuk mencari nafkah, dia di rumah menunggu dan berdoa untuk keselamatan dan kesuksesan Anda. Dia ikut besama Anda di kala Anda susah, penghasilan yang pas-pasan, makan dan pakaian seadanya, dia mendampingi Anda dan mendukung segala usaha Anda untuk berhasil."

"Lalu?" saya tak sabar untuk tahu kelanjutan maksudnya.

"Banyak orang yang kemudian ketika sukses, uangnya banyak, punya jabatan, lalu menikah lagi. Atau mulai bermain wanita (atau bermain pria, bagi yang perempuan). Baik menikah lagi secara terang-terangan, apalagi diam-diam, itu menyakiti hati pasangan hidup Anda. Ingat, pasangan hidup yang dulu mendampingi Anda di kala susah, mendukung dan berdoa untuk kesuksesan Anda. Namun ketika Anda mendapatkan sukses itu, Anda meninggalkannya. Atau Anda menduakannya. "

Oh... pelajaran monogami nih, pikir saya dalam hati.

"Banyak orang yang lupa hal itu. Begitu sudah jadi orang besar, uangnya banyak, lalu cari istri lagi. Menikah lagi. Rumah tangganya jadi kacau. Ketika merasa ditinggalkan, pasangan hidupnya menjadi tidak rela. Akhirnya uangnya habis untuk biaya sana-sini. Banyak orang yang jatuh karena hal seperti ini. Dia lupa bahwa pasangan hidupnya itu sebenarnya ikut punya andil dalam kesuksesan dirinya," beliau melanjutkan.

Hal ini saya buktikan sendiri, setiap saya datang ke rumahnya yang di Waru Sidoarjo, saya menjumpai beliau punya 1 istri, 2 anak laki-laki dan 1 anak perempuan.

Perbincangan ini ditutup ketika kemudian ada tamu yang datang....


KEDAHSYATAN SEDEKAH

Sedekah adalah penolak bala, penyubur pahala, dan melipatgandakan rezeki; sebutir benih menumbuhkan tujuh bulir, yang pada tiap-tiap bulir itu terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Mahakaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat. Masya Allah!

Sahabat, betapa dahsyatnya sedekah yang dikeluarkan di jalan Allah yang disertai dengan hati ikhlas, sampai-sampai Rasul sendiri membuat perbandingan. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT menciptakan bumi, maka bumi pun bergetar. Lalu Allah pun menciptakan gunung dengan kekuatan yang telah diberikan kepadanya, ternyata bumi pun terdiam. Para malaikat terheran-heran akan penciptaan gunung tersebut.

Kemudian mereka bertanya, 'Ya Rabbi, adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari pada gunung?'.

Allah menjawab, ' Ada , yaitu besi'.

Para malaikat pun kembali bertanya, 'Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari besi?'.

Allah menjawab, ' Ada , yaitu api'.

Bertanya kembali para malaikat, 'Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari api?'.

Allah menjawab, ' Ada , yaitu air'.

'Ya Rabbi adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih kuat dari air?' tanya para malaikat.

Allah pun menjawab, ' Ada , yaitu angin'.

Akhirnya para malaikat bertanya lagi, 'Ya Allah adakah sesuatu dalam penciptaan-Mu yang lebih dari semua itu?'.

Allah yang Mahagagah menjawab, ' Ada , yaitu amal anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya tidak mengetahuinya' ."
Subhanallah. ...

(kisah ini bukan dari saya sendiri tapi kita semua yang membaca bisa mengambil manfaatnya)

Baca Selengkapnya...

Saturday, September 27, 2008

Penerimaan tanpa Syarat..........

Kisah di bawah ini adalah kisah yang didapat dari milis alumni Jerman, atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana
Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang memilikinya.

Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling." Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran McDonald's yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.


Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" kearah saya.
Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' ditempat itu.

Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona." Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."
Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.

Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-2ku! " Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami.

Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami."

Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu melambai-2kan tangannya kearah kami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya. Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan. Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya .

"Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."

Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN SESAMA!

Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK di dalam hatimu.
Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilangan uang, akan kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya.

Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang tua yang 'cantik' adalah hasil karya seni. Belajarlah dari PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri

Baca Selengkapnya...

Wednesday, July 23, 2008

Meneladani Al-Wahhaab

Adalah sifat 'kedermawanan' Allah. Tiada yang sanggup berbuat 'derma' seperti sifat Allah ini. Setiap pemberian yang dilakukan manusia biasanya berujung pada satu kepentingan, yakni mendapat imbalan. Imbalan di sini tidak hanya berupa materi, tapi juga yang bersifat non materi. Contohnya, pujian, jalinan persahabatan, terhindar dari celaan, bahkan harapan mendapatkan surga. Apa yang dilakukan manusia tadi lebih tepat jika disebut 'transaksi'. Adalah nama Allah dalam Asma'ul Husna yang bermakna Allah Yang Maha Pemberi. Al-Wahhaab terambil dari akar kata wahaba yang artinya "memberi" dan "memberikan sesuatu tanpa imbalan. Dalam Alquran, kata ini ditemukan dalam tiga ayat, yaitu QS Ali Imran [3] ayat 8 dan QS Shad [38] ayat 9 dan 35.


Satu-satunya sifat yang bisa mendekati sifat Al-Wahhaab adalah jika manusia bisa mengorbankan semua miliknya demi Allah semata.

Allah 'Azza wa Jalla,Maha Mengetahui kebutuhan setiap makhluk. Dengan rahmat dan kasih sayang-Nya, Ia memberikan segala apa yang dibutuhkan makhluk tanpa diminta. Ia tidak berharap imbalan, balasan, atau pun pujian. Mahasuci Allah dari ketergantungan apapun terhadap makhluk.

Al-Wahhaab

Lafadz Al-Wahhaab menekankan tidak ada yang dapat memenuhi kebutuhan semua makhluk, kecuali Allah Azza wa Jalla.Dia memberi tanpa mengharap imbalan apapun. Dia akan terus memberi semua yang dibutuhkan makhluk, walau makhluk tersebut ingkar atau sudah "merasa cukup". Allah akan terus memberi, karena Dia Mahatahu bahwa makhluk membutuhkan-Nya.

Dari makna ini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tiada satu pun makhluk yang berhak menyandang predikat wahhaab jika ia mengharapkan imbalan dari apa yang dilakukannya. Manusia itu makhluk lemah, tidak sempurna, dan serba kekurangan. Mustahil ia mampu memberi secara berkesinambungan.

Al-Wahhaab

Satu-satunya sifat yang bisa mendekati sifat wahhaab adalah jika manusia bisa mengorbankan semua miliknya demi Allah semata. Bukan karena ingin meraih kenikmatan surga atau terhindar dari neraka. Sifat ini pun lebih tepat disebut murah hati. Satu tingkat di bawahnya adalah mereka yang memberikan dengan sukarela demi tercapainya kenikmatan surga. Tingkat lebih rendah lagi adalah orang yang memberi untuk mendapatkan pujian.

Allah memberikan imbalan kepada orang murah hati berupa keridhaan dan pertemuan dengan-Nya. Inilah kebahagiaan hakiki. Siapa yang beribadah kepada Allah demi mendapat keuntungan surga, sesungguhnya ia telah menjadikan Allah sebagai 'sarana' untuk mendapatkan surga. Bukan menjadikan-Nya sebagai tujuan. Barangkali, jika saja surga dapat dicapai dengan cara lain, tanpa beribadah kepada Allah, bisa jadi dia tidak akan beribadah, karena ia tak akan memperoleh surga dengan ibadah. Tidak salah kita beribadah karena mengharap surga. Namun ada yang lebih tinggi dari itu. Yaitu beribadah kepada Allah tanpa motivasi apapun selain mengharap ridha dan kasih sayang Allah. Semoga kita bisa mengamalkannya. Amin

KH Abdullah Gymnastiar )

Baca Selengkapnya...

Saturday, July 19, 2008

Bertafakurlah...

Saudaraku.
Satu di antara pekerjaan syaitan adalah menimbulkan keraguan dan khayalan kosong. Keraguan dan khayalan umumnya akan mengarahkan pada kekhawatiran dan putus asa dari rahmat Allah. Gelisah yang tak jelas apa yang menjadi inti kegelisahan, padahal segala sesuatu yang dikhawatirkan itu belum tentu terjadi. Gundah yang tak ada asalnya, padahal peristiwa yang melahirkan kegundahan itu belum dialami. Sungguh kita kerap menjadi objek syaitan. Syaitanlah yang berjanji, "Dan aku (syaitan) benar-benar akan menyesatkan mereka dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka." (QS. An-Nisa : 119).


Saudaraku...
Jauhilah pikiran yang tidak bermanfaat. Buanglah kekhawatiran yang tidak pada tempatnya. Campakkan khayalan kosong yang tak jelas ujung pangkalnya itu. Karena semuanya takkan menambah apa-apa kecuali membuat kita bisa makin terpuruk pada jerat frustasi dan ketakutan yang tak mendasar. Kesedihan, kekhawatiran dan ketakutan yang tak ada ujung pangkalnya. Merasa sunyi dalam keramaian. Sedih di tengah kegembiraan. Atau bahkan, mati di tengah sejuta harapan untuk hidup. Jika kita pernah mengalami suasana hati seperti itu, maka Allah SWT memberikan jawabannya. "Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat pada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya." (QS. Al-A'raf : 201 - 202). Itulah jawaban dari Allah SWT.

Saudaraku yang dikasihi Allah...
Menurut Imam al-Ghazali, awal dari segala perbuatan adalah kegiatan berfikir. Karenanya, orang yang selalu berfikir panjang dan mendalam (bertafakur) akan lebih mudah melaksanakan segala ibadah ketaatan yang lainnya. "Jika sudah sampai di hati, maka keadaan hati akan berubah. Jika hati sudah berubah, maka perilaku anggota badan akan berubah. Jika pebuatan mengikuti keadaan, maka keadaan mengikuti ilmu, dan ilmu mengikuti pikiran. Oleh karena itu pikiran adalah awal kunci segala kebaikan." (Abu Hamid al-Ghazaly, Ihya 'Ulumuddin, IV/389).

Bertafakur bukan berkhayal dan berangan-angan kosong. Bukan memikirkan soal keduniaan yang tak pernah habis. Bukan menguras pikiran untuk membahas problematika hidup yang hanya ada di dunia. Tapi mengarahkan kita untuk memikirkan fenomena alam dan kaitannya dengan keimanan. Itulah tafakur yang akan mempunyai pengaruh pada kebersihan hati. Tafakur adalah berfikir menerawang jauh dan merobos alam dunia ke dalam alam akhirat, dari alam ciptaan menuju kepada Sang Pencipta. Berfikir kadang hanya terbatas pada upaya memecahkan masalah-masalah kehidupan dunia, sedang tafakur dapat menerobos sempitnya dunia ini menuju alam akhirat yang luas, keluar dari belenggu materi menuju alam spiritual yang tiada batas.

Karena itu, jika kita memiliki hati yang selalu merenung atau bertafakur tentang ketinggian dan keagungan Allah SWT serta memikirkan kehidupan akhirat, keadaan itu akan memberi kemampuan kita membongkar dengan mudah niat-niat jahat yang terlintas dalam benak kita sendiri. Kita akan memiliki kepekaan dan ketajaman sebagai hasil dzikir dan tafakur yang berkesinambungan itu. Setiap kali terlintas suatu niat jahat atau buruk, maka pikiran, perasaan dan pandangan baik kita dapat segera mengetahui dan mengendalikan diri untuk menghancurkan niat jahat atau buruk itu.

Sungguh tepat sekali apa yang diwasiatkan Amir bin Abi Qais rahimullah, "Aku mendengar bukan satu kali, dua kali atau tiga kali dari sahabat nabi yg mengatakan, "Sesungguhnya pelita atau cahaya keimanan itu ada pada tafakur." Sofyan bin Uyainah juga pernah mengatakan, "Pemikiran itu adalah cahaya yang masuk dalam hatimu dan mungkin bisa digambarkan seperti dalam syair: 'Jika seseorang bertafakur, maka segala sesuatu ada pelajaran baginya." (Tafsir ibnu Kastir, 1/438).

Atau lihatlah kebiasaan bertafakur Abu Sulaiman ad-Darani, seorang shalih dari generasi tabiin, sehingga ia kerap dapat memetik pelajaran untuk dirinya. "Sekedar aku keluar dari rumah dan apa yang tertangkap oleh mataku, pasti aku melihat bahwa ada nikmat Allah atasku dari apa yang kulihat. Dan dari sana aku memetik pelajaran untukku." (Tafsir Ibnu katsir, 1/438).

Saudaraku...
Pernah ada seorang pemuda yang mengeluh akan kebekuan hatinya kepada seorang ulama besar, hasan al-banna. Hasan al-banna lalu mengatakan, "Berfikirlah dan berdzikir dalam waktu-waktu senyap, saat-saat kesendirian. Munajat dan merenungi alam semesta yang sangat istimewa dan menganggumkan, kemudian mengangungkan keindahan dan kemuliaan Allah dari alam semesta itu, lalu menyinambungkan kegiatan seperti itu, berlamaĆ¢€“lama memikirkan hal itu dengan menghadirkan keangungan Sang Pencipta.

Menggerakkan hati & lisan terhadap semua tandaĆ¢€“tanda keagungan yang menakjubkan dan hikmah Allah yang sangat tinggi. Semua itu wahai saudaraku yang mullia, tafakkur akan menjadikan hatimu hidup, sinarnya akan menerangi seluruh sisi jiwa dengan keimanan dan keyakinan. Bukankah Allah SWT berfirman dalam al-Qur'an, "Sesungguhhnya di dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian siang dan malam adalah tanda-tanda bagi ulul albab (orang yang berakal)." (al-Aqidah, Sayyid Qutb, 104).

Pikirkanlah, Allah selalu melihat di mana saja kita berada. Kekuasaan-Nya sangat dekat dengan diri kita bahkan ada di urat nyawa kita. Mungkin, meski sangat dekat, kita tidak merasakannya. Kita sudah melakukan kesombongan dan maksiat yang menyebabkan kita menjadi semakin 'jauh' dengan Allah. Dosa kita menjadi 'hijab' yang menghalangi kita dari merasakan kebesaran Allah SWT. Siapa yang merasakan kebesaran Allah SWT, siapa yang merasakan keadaan ini? Hanya kita sendiri. Orang lain itdak dapat menilai sejauh mana kedekatan kita dengan Allah kecuali hanya melihat dan menilai secara zahir. Sementara dari segi batinnya, hanya Allah yang Maha Mengetahui.

Mari sama-sama bertafakur saudaraku...
Bertafakur, apakah semua nikmat Allah itu sudah kita syukuri. Bertafakur, apakah karunia Allah di alam semesta ini telah menjadikan kita lebih mencintai dan mengagungkan Allah sebagai Penciptanya? Bertafakur, bagaimana kehidupan kita di akhirat? Bertafakurlah, bagaimana nasib kita setelah mati? Bertafakurlah, bagaimana keadaan kita di dalam kuburan? Bertafakurlah apakah kita akan memasuki surga atau neraka? Bertafakurlah, apakah timbangan amal kita sudah cukup? Bertafakurlah...

~~~~~

Referensi : Mencari Mutiara di Dasar Hati / Tarbawi Press.

*IKATLAH ILMU DENGAN MENULISKANNYA*
Al-Hubb Fillah wa Lillah,

Baca Selengkapnya...

Tuesday, July 08, 2008

Orang yang Begitu Sedih

Seorang anak laki-laki tinggal di rumah besar diatas sebuah bukit. Ia menyukai anjing, kuda, mobil balap dan musik. Ia memanjat pohon dan kemudian pergi berenang, bermain sepak bola, dan mengagumi gadis-gadis cantik. Kecuali mengurus dirinya sendiri, ia mempunyai kehidupan yang baik.

Suatu hari, ia berkata kepada Tuhan, "Aku telah berfikir dan berfikir dan aku tahu apa yang aku inginkan ketika aku menjadi dewasa kelak."


"Apa?" tanya Tuhan.
"Aku ingin tinggal dalam sebuah rumah besar dengan sebuah serambi di depan, dua ekor anjing Saint Bernard dan sebuah taman di halaman belakang. Aku ingin menikahiseorang wanita yang tingi, sangat cantik dan baik hati, dan berambut hitam panjang, bermata biru, yang bisa memainkan gitar dan bernyayi dengan suara yang bening , yang tinggi."

"Aku ingin tiga anak laki-laki yang kuat sebagai teman bermain sepak bola. Ketika mereka tumbuh dewasa yang satu akan menjadi ilmuwan besar, satu lagi menjadi senator, dan yang paling muda akan menjadi pemain penerang belakang tim 49ers."

"Aku ingin menjadi petualang yang berlayar disamudara luas dan mendaki gunung-gungung yang tinggi dan menyelamatkan orang. Dan, aku ingin mengenderai Ferari merah dan tidak pernah menyetir sendiri."

"Keliatannya seperti mimpi yang indah," kata Tuhan. "Aku ingin kamu bahagia."

Suatu hari, saat bermain sepak bola, anak laki-laki itu terluka luutunya. Setelah itu, ia tidak dapat mendaki gunung-gunung tinggi ataupun pohon-pohon tinggi, apalagi berlayar disamudra luas. Ia pun belajar keras dan memulai bisnis pemasok farmasi.

Ia menikahi seorang gadis yang sangat cantik, baik hati, dan berambut hitam panjang. Tetapi gadis itu pendek, tidak tinggi;ia bermata cokelat, tidak biru. Ia tidak dapat bemain gitar, bahkan tidak dapat menyanyi. Tetapi, ia bisa menyiapkan makanan yang sangat enak, dibumbui dengan rempah-rempah China yang langka dan melukis burung-burung yang bagus sekali.

Oleh karena usahanya, ia tinggal dikota dekat puncak gedung apartemen yang tinggi dengan pemandangan ke laut membiru dan lampu-lampu kota yang kelap-kelip di bagian bawah. Ia tidak memiliki ruang untuk 2 ekor Saint Bernard, tetapi mempunyai seekor kucing berbulu halus.

Ia memiliki tiga anak perempuan yang semuanya sangat cantik. Yang termuda, yang duduk di kursi roda adalah yang tercantik. Ketiga anal perempuan itu sangat mencintai ayah mereka. Mreka tidak bernain sepak bola, tetapi kadang-kadang mereka pergi ke taman dan bermain fresbee. Tetapi, yang paling muda duduk di bawah pohon, memetik gitarnya dan menyanyi dengan indah, lagu-lagu yang sulit dilupakan.

Ia menghasilkan cukup uang untuk hidup dengan nyaman, tetapi ia tidak mengenderai sebuah Ferari merah. Terkadang ia harus mengambil dan membawa pergi barang-barang;bahkan barang-barang yang bukan miliknya. Bagaimanapun, ia memiliki tiga anak perempuan.

Kemudian, pada suatu pagi laki-laki itu bangun dan teringat akan mimpinya. "Aku sangat sedih," ia berkata kepada sabahatnya.

"Mengapa?" tanya temannya
"Karena aku dulu bermimpi menikahi seorang perempuan tinggi berambut panjang bermata biru yang bisa memainkan gitar ataupun bernyanyi. Istriku tidak dapat memainkan gitar maupun bernyanyi. Ia memiliki mata cokelat dan tidak tinggi."

"Istrimu cantik dan baik hati," kata temannya. "Ia mencipatakan ganbar-gambar yang indah dan makanan yang lezat."

Tetapi, lelaki itu tidak mendengarkan. "Aku sangat sedih," laki-laki itu mengaku kepada istrinya pada suatu hari.

"Mengapa?" tanya istrinya
"Karena aku sekali waktu bermimpi tinggal dalam sebuah rumah besar dengan sebuah serambi, dan memiliki dua ekor Saint Bernard dan sebuah taman di halaman belakang. Nyatanya, aku tinggal dalam sebuah apartemen lantai 47."

"Apartemen kita nyaman, dan kita dapat melihat lautan dari temapat duduk kita," jawab istrinya. "Kita memiliki lukisan brung-burung yang indah dan seekor kucing yang berbulu halus, belum lagi tiga anak yang cantik." Tetapi laki-laki itu tidak mendengarkannya.

"Aku sangat sedih, " laki-laki itu berkata kepada psikolognya. "Mengapa??" tanya sang psikolog. "Karen aku dlulu bermimpi aku akan tumbuh menjadi seorang petualang yang besar. Sekarang aku hanyalah seorang usahawan yang botak dengan lutut yang jelak." Persedian obat-obatan yang kamu jual telah menyelamatkan banyak kehidupan." kata sang psikolog. Tetapi laki-laki itu tidak mendengarkan. Lalu psikolog iru mengenainya biaya sebesar $110 dan menyuruhnya pulang.

"Aku sangat sedih," laki-laki itu berkata kepada akuntannya. "Mengapa?" tanya sang akuntan. "Karena aku dulu bermimpi mengenderai sebiah Ferrai merah dan tidak pernah menyetir sendiri. Sebaliknya, aku nail transportasi umum dan kadang kala aku masi harus membersihkan."

"Kau masih memakai pakaian yang bagus. Kamu makan di restoran yang baik dan kau telah keliling Eropa," kata akuntannya. Tetapi, laki-laki itu tidak mendengarkan. Akuntannya mengenai biaya sebesar $100 kepadanya. Ia terus memimpikan sebauh Ferari merah.

"Aku sangat sedih," laki-laki itu berkata kepada pendetanya. "Mengapa?" tanya sang pendeta. "Karena dulu aku bermimpi memiliki tiga anak laki-laki; yang satu ilmuwan besar, yang stu lagi politisi, dan yang terakhir pemain penyerang belakang. Sebaliknya, aku memiliki tiga anak perempuan, dan yang paling muda bahkan tidak dapat berjalan."

"Tetapi anak perempuanmu cantik dan pandai," kata sang pendeta."Mereka sangat mencintai mu, dan mereka telah bekerja baik. Seorang adalah perawat, yang lainnya pekerja seni, dan yang paling muda mengajar musik kepada anak-anak." Tetapi, laki-laki itu tidak mendengarkan. Ia begitu sedih hingga jatuh sakit. Ia terbaling dalam ruangan serba putih di rumah sakit, di kelilingi para perawat berpakian putih. Tabung-tabung dan kabel -kabelmenghubungjkan tubuhnya kemesiin-mesin yang dulu ia jual ke rumah sakit.

Ia begitu sedih. Keluarganya, teman-teman, dan pendeta berkumpuldi sekeliling tempat tidurnya. Mereka sangat sedih juga. Hanya akuntan dan psikolognya yang tetap bahagia. Kemudian satu malam, ketika semua orang kecuali para perawat, telah pulang. Laki-laki itu berkata kepada Tuhan, "Ingatkah ketika aku masih seorang anak laki-laki aku memberitahu Engkau semua hal yang aku inginkan?"

"Itu adalahsebuah mimpi yang indah," kata Tuhan. Mengapa Engkau tidak memberiku semua hal itu?" tanya laki-laki itu. "Aku dpat memberikannya," kata Tuhan. Tetapi
Aku ingin mengejutkanmu dengan hal-hal yang kamu tidak impikan. Aku menyangka kamu telah memperhatikan apa yang telah Aku berikan kepadamu: seorang istri yang cantik dan baik hati; sebuah usaha yang bagus; sebuah tempat yang bagus untuk ditinggali; tiga anak yang cantik-salah satu paket terbaik yang telah aku tempatkan bersama."

"Ya," sela laki-laki itu. "Tetapi, aku pikir Engkau akan memeriku apa yang benar-benar inginkan."

"Dan Aku pikir kamu akan memberikan kepadaKU apa yang benar-benar Aku inginkan," kata Tuhan. "Apa yang Engkau inginkan?" tanya laki-laki itu. Tidak pernah terpikir olenya kalau Tuhan menginginkan sesuatu.

"Aku ingin kau bahagia dengan apa yang telah Aku berikan kepadamu," kata Tuhan.

Laki-laki itu tergeletak dalam gelap sepanjang malam, berfikir. Akhirnya ia memutuskan untuk meminpikan sebuah mimpi baru-mimpi yang telah ia mimpikan bertahun-tahun sebelumnya. Ia memutuskan untuk memimpikan bahwa, apa yang ia paling inginkan adalah hal yang telah in miliki sekarang.

Dan, laki-laki itu kembali sehat dan hidup bahagia di lantai 47, menikmati suara indah anak-anaknya, mata cokelat isrtinya dan lukisan burung-burung yang menawan. Dan, pada malam hari, ia memandang ke lautan, dengan puas ia melihat lampu-lampu kota berkelap-kelip.

"Kau adalah apa yang kau pikirkan. Semua yang ada padamu muncul dari pikiran-pikiranmu. Dengan pikiran-pikiranmu kau membuat duniamu"

Berterimakasihlah dengan apa yang anda miliki

Disadur : Mr. Positif vs Mr. Negatif, Software untuk Berfikir Positif, Praveen Verma, Penerbit BIP

Baca Selengkapnya...

Monday, July 07, 2008

K.E.I.N.D.A.H.A.N

Kita masih memandang keindahan itu sebatas topeng. Keindahan yang hakiki tidak hanya berasal dari topeng, tapi dari dalam jiwa kita (inner beauty).

Semoga Allah Yang Mahaindah mengaruniakan kita akhlak yang indah. Saudaraku, Allah itu Mahaindah dan Dia mencintai keindahan. Dengan Rahmat-Nya, Allah menanamkan pada hati hamba-hamba-Nya rasa suka akan keindahan. Kita semua senang dengan keindahan. Kita senang dengan alam yang indah. Kita senang melihat awan biru yang disulam burung-burung beterbangan. Orang pun berbondong-bondong pergi ke pantai yang indah lagi tidak ada gelombang yang menakutkan. Selain itu kita pun senang mendengar suara yang indah. Intinya semua orang menyukai hal yang indah-indah. Itu adalah fitrah.


Pertanyaannya sekarang, kenapa ada orang yang penampilannya indah tapi ia tidak disukai orang lain? Kenapa ada orang yang memiliki rumah yang indah lagi megah tapi hidupnya tidak bahagia bahkan tersiksa? Kenapa pula ada orang yang suaranya indah, tapi akhirnya ia mengalami nestapa karena keindahan suaranya itu? Rupanya, kita masih memandang keindahan itu sebatas topeng. Keindahan yang hakiki tidak hanya berasal dari topeng, tapi dari dalam jiwa kita (inner beauty). Karena itu tak heran bila ada orang tua --yang secara fisik tidak menarik lagi-- dicintai banyak orang?

Nah, ternyata ada beberapa syarat keindahan. Pertama, indah itu letaknya pada kebersihan. Bersih di sini bisa bersifat fisik ataupun bersifat nonfisik. Bersih secara fisik meliputi bersih anggota badan, bersih penampilan, bersih lingkungan, maupun bersih penghasilan.

Saudaraku, bila kita ingin menjadi pribadi indah maka cintailah hidup bersih. Secara fisik mulialah kita rawat tubuh kita agar selalu bersih. Rambut, gigi, mata, kuku, dan seluruh anggota badan lainnya, usahakanlah terjaga kebersihan dan kerapiannya. Begitu pula penampilan kita harus selalu dijaga kebersihannya. Seandainya kita tidak punya baju yang bagus, maka usahakanlah dijaga kebersihannya. Sederhana bukan masalah, yang penting bersih dan rapi. Usahakan pula rumah kita selalu bersih, baik itu bersih dari sampah dan debu, juga bersih dari barang-barang haram maupun barang yang tidak perlu. Itu secara fisik.

Yang tak kalah penting adalah bersih akhlak kita, karena secantik dan setampan apapun seseorang, bila kelakuan dan ucapannya kotor, maka ia tidak akan punya harga; jatuh harga dirinya. Begitu pula dengan pikiran. Hindarilah berpikir kotor, mesum, atau berpikir jelek tentang orang lain. Berpikirlah selalu tentang kebaikan orang lain, karena semakin kita memikirkan kejelekan orang, maka akan semakin tersiksa diri kita. Tentunya, semua kebersihan ini tidak terasa lengkap tanpa disertai oleh bersihnya hati. Bila hati kita bersih, maka wajah pun akan terlihat cerah, perilaku santun, kata-kata terjaga, dan sikap kasih sayang akan terpancar dari pribadi kita. Bila kita mampu membersihkan jasmani dan rohani kita, insya Allah kita akan menjadi pribadi yang indah dan disukai Allah dan manusia lain. Boleh jadi paras kita tidak begitu menarik, tapi pribadi kita menawan semua orang.

Syarat keindahan yang kedua adalah keserasian. Apapun yang tidak serasi akan jauh dari keindahan. Keserasian ini intinya kita harus proporsional dan tepat dalam bertindak, berbicara, berpenampilan. Seperti misalnya sepatu kebesaran, kopiah kekecilan, baju terlalu kecil. Semua itu tidak serasi sehingga tidak terlihat indah. Termasuk pula serasi dalam bertutur kata, tepat intonasinya, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, dan tepat pula waktu mengucapkannya.

Dalam masalah keserasian ini, termasuk pula cara hidup yang tidak melebihi kemampuan dan kenyataan. Hiduplah secara proporsional. Contohnya serasi dalam keinginan. Kita harus benar-benar mengendalikan keinginan-keinginan kita jikalau ingin membeli suatu barang. Ingat, yang paling penting adalah bertanya pada diri apa yang paling bermamfaat dari barang yang kita beli tersebut. Buat pula skala prioritas, misalnya, haruskah membeli sepatu seharga 1 juta rupiah padahal keperluan kita hanya sebentuk sepatu olahraga. Apalagi di hadapan tersedia aneka pilihan harga, mulai dari yang 700 ribu, 400 ribu, 200 ribu, sampai yang 50 ribu rupiah. Mereknya pun beragam, tinggal dipilih mana kira-kira yang paling sesuai. Nah, kalau kita ada dalam posisi seperti ini, maka carilah sepatu yang paling tidak membuat kita sombong ketika memakainya, yang paling tidak menyiksa diri dalam merawatnya, dan yang paling bisa bermamfaat sesuai tujuan utama dari pembelian sepatu tersebut. Hati-hatilah, sebab yang biasa kita beli adalah mereknya, bukan awetnya, karena kalau terlalu awet pun akan bosan pula memakainya.

Syarat keindahan berikutnya adalah perawatan. Taman bagus tapi tidak dirawat, maka keindahannya akan pudar. Gigi rapi tapi tidak terawat, maka akan mendatangkan banyak masalah. Motor baru dan mahal tapi jarang dirawat akan cepat rusak. Tubuh tidak dirawat dengan olahraga maka akan cepat rapuh dan tidak terlihat indah. Perawatan itu adalah salah satu syarat keindahan. Iman kita pun harus sering dirawat, agar tidak cepat rusak. Dibanding yang lainnya, perawatan iman harus lebih intensif dilakukan, bahkan setiap waktu, dengan zikir, shalat, sedekah, shaum (puasa), membantu kaum dhuafa, ikut pengajian.

Saudaraku, bila kita mampu mengaplikasikan tiga syarat keindahan dalam hidup kita, insya Allah kita akan menjadi pribadi yang indah luar dalam. Wallahu a'lam bish-shawab.

( Abdullah Gymnastiar )

NB: semoga berkenan dan bermanfaat bagi kita semua.... amiin yaa rabbal’alamin

Baca Selengkapnya...