Sudah dari dulu sebenarnya tidak suka dengan yang namanya sajak atau puisi. Selain karena aku tidak pandai membuatnya aku juga tidak pandai membacanya. Kemaren tanggal 6 Agustus 2009 aku mendengar sebuah puisi yang sangat dalam maknanya. Puisi ini dibuat oleh seorang penyair Indonesia yang terkenal dengan julukan "si burung merak". Ya tepat sekali dugaan rekan-rekan semua. Si burung merak tak lain adalah W.S Rendra.
Puisi ini dibacakan oleh penyiar radio Delta FM,Shahnaz Haque, sebagai bentuk penghargaan untuk mengenang sang burung merak yang telah perpulang ke Allah SWT. Tanggal 6 Agustus 2009 tepat beliau menghembuskan nafas terakhirnya dimuka bumi. Puisinya ini sangat menyentuh hati ku. Puisi dengan judul "Makna sebuah titipan".
Sering kali aku berkata, ketika orang memuji milikku,
bahwa sesungguhnya ini hanya titipan,
bahwa mobilku hanya titipan Nya,
bahwa rumahku hanya titipan Nya,
bahwa hartaku hanya titipan Nya,
bahwa putraku hanya titipan Nya,
tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?
Untuk apa Dia menitipkan ini pada ku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik Nya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka,
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku,
aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak rumah,
lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
Seolah semua “derita” adalah hukuman bagiku.
Seolah keadilan dan kasih Nya harus berjalan seperti matematika :
aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan
Nikmat dunia kerap menghampiriku.
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih.
Kuminta Dia membalas “perlakuan baikku”, dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku,
Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah…
“ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja”
Semoga semua amal ibadah beliau diterima di sisiNya
Amin....
0 comments:
Post a Comment