Miris hati ini melihat kejadian yang terjadi di Jakarta kemaren. Memang tidak melihat langsung hanya membacanya di sebuah media online kompas.com. Banyak orang yang terluka dan pingsan karena berdesak-desakan dalam rangka open house pejabat negara. Bagaimana tidak miris acara open house yang seharusnya menjadi ajang saling silahturahim berubah menjadi ajang hidup dan mati. Demi mendapatkan bingkisan dan sejumlah uang Rp. 40.000 masyarakat Jakarta berebut saling dorong, saling sikut yang mengakibatkan beberapa orang terluka dan harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.
Inilah potret dari kemiskinan sesungguhnya di Indonesia. Masyarakat rela mengorbankan nyawa hanya demi mengharapkan sejumlah uang yang tidak sebanding dengan nyawa sebagai taruhannya. Angka kemiskinan yang diakui pemerintah turun sepertinya bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi kemaren. Masyarakat Indonesia adalah bangsa pengemis. Mau tidak mau, suka tidak suka itulah kenyataannya. Hampir setiap tahun jika ada pembagian zakat atau pembagian sembako gratis oleh masayarakat yang mampu pasti akan terjadi hal seperti ini. Pasti ada korban yang jatuh.
Bangsa ini adalah bangsa pengemis. Pengemis yang suka meminta-minta pada orang lain tanpa mau berusaha. Jika pengemis "menjual" kecacatan tubuh masih bisa diterima. Ini kita lihat yang mengantri adalah yang sehat jasmani, fisiknya normal tidak ada kekurangan apapun. Dan dengan tubuh normal seperti itu seharusnya bisa digunakan untuk usaha atau bekerja mendapatkan uang ataupun sembako yang mereka butuhkan. Bukan dengan cara mengemis.
Tidak ada salahnya jika memberi uang atau barang kepada orang yang membutuhkannya. Agama juga menganjurkan hal tersebut berbagi dengan sesama. Namun yang memberikan uang atau sembako juga sebaiknya lebih bijak. Jika memang hanya ingin open house sebaiknya jangan memberikan bingkisan atau uang apapun. Karena jika ada iming-iming uang atau bingkisan gratis maka bisa dipastikan bakal memicu banyak orang-orang yang akan datang dan berkumpul untuk mendapatkannya. Walau sudah dilakukan antisipasi, masyarakat yang berkumpul terlalu banyak pasti akan menimbulkan chaos/kerusuhan.
Atau jika ingin bersedekah memberi uang atau barang silahkan menyalurkannya kebadan-badan yang sudah ditunjuk pemerintah untuk menyalurkannya kepada yang berhak. Atau jika tidak percaya pada badan-badan tersebut sebaiknya langsung diberikan kepada masyarakat yang membutuhkannya. Masyarakat tentu lebih senang mendapatkan bantuan barang atau uang jika langsung diberikan kepada mereka tanpa perlu bertaruh nyawa untuk mendapatkannya.
Bangsa ini seharusnya malu dengan kejadian ini yang setiap tahun berulang kembali. Sudah saatnya kita membantu masayarakat dengan cara yang berbeda. Jangan langsung memberi uang atau barang. Bantulah dengan memberikan lapangan pekerjaan kepada mereka yang membutuhkan, agar mereka bisa bekerja demi mendapatkan uang atau barang. Seperti kata orang bijak jangan berikan ikan langsung kepada orang tetapi berikan pancing/jaring agar orang bisa mendapat ikan. Hal ini dilakukan agar kita bisa mandiri dan berdiri diatas kaki sendiri. Jangan membuat bangsa ini menjadi bangsa pengemis lagi agar bisa dihormati oleh bangsa lain di dunia ini.
0 comments:
Post a Comment